“Tenot ding dong tuing tuing...tenot ding dong tuing tuing, “ begitulah suara alarm handphone saya
berbunyi menunjukkan saatnya sholat subuh. Rasa malas selalu menghampiri setiap
alarm tersebut berbunyi, seolah-olah alarm tersebut ditujukan untuk tidur
kembali. Sesegeranya, saya langsung mematikan alarm yang berada disamping
bantal dan kembali tidur. “Tenot..., ” alarm kembali berbunyi. Otot-otot tubuh serasa ingin kembali ke dalam
keadaan tenang, lagi-lagi alarm tersebut saya matikan dengan cepat. Sudah
beberapa kali alarm tersebut berbunyi. Mungkin lebih dari sepuluh kali, karena
saya tidak bisa mengingatnya, yang pasti sudah berkali-kali saya mematikan
alarm tersebut. Posisi saya pada saat itu sangat nyaman dan susah untuk membuka
kedua kelopak mata.
Saat nikmatnya tidur, tiba-tiba terdengar suara yang sangat keras. “Dok dok
(suara ketukan pintu).....dok dok, Nak bangun nak hari ini bukannya kamu ada
ujian!?”. Saya langsung tersentak, membangunkan punggung, membersihkan kotoran
mata, mengkedip-kedipkan mata beberapa kali, dan akhirnya saya sadar hari ini
adalah ujian SNMPTN! Ujian yang akan menentukan masa depan saya. “Bagaimana
saya mau hidup mandiri? Bangun tidur saja susah, ” gumam saya dalam hati. Untunglah waktu subuh
belum lewat, kembali mengahadap Tuhan yang Maha Esa dan berdoa untuk kelulusan
ujian agar dimudahkan dan diterima di salah satu universitas di luar kota.
(beberapa minggu kemudian setelah ujian SNMPTN).
Malam ini adalah malam yang akan membuat jantung para peserta ujian
berdetak lebih kencang, ya malam ini adalah pengumuman ujian SNMPTN. Saya duduk
tenang dan santai didepan komputer kesayangan yang telah menemani hampir lebih
sepuluh tahun. Seolah-olah saya sudah mengetahui hasil pengumuman tersebut
karena sebelumnya saya sudah mengecek jawaban yang banyak sekali kekeliruan.
Segeranya saya langsung melihat pengumuman setelah teman-teman memberitahu
bahwa hasil pengumuman telah keluar. “Anda diterima di Universitas.....,
” Sebuah kalimat yang muncul didepan
layar komputer itu membuat saya kaget dan langsung sujud syukur. Kalimat
tersebut menunjukan saya harus meninggalkan tempat tinggal yang telah mendarah
daging sejak lahir, memang berat apalagi tantangan diluar juga menuntut saya
untuk hidup lebih mandiri.
Orangtua saya juga sibuk untuk memikirkan hidup saya di kota asing nanti,
dimana saya tinggal, bagaimana saya makan, dan bagaimana saya menyelesaikan
Semua urusan di kota asing tersebut. Seorang anak yang sudah menemani
orangtuanya sejak lahir dan tidak pernah berpindah-pindah, pasti kalian tau
rasanya. Orangtua menginginkan anaknya yang terbaik.
Duduk tenang sambil membaca buku dan makanan serta teh yang siap untuk
diminum tersedia didepan meja. Posisi saya sangat santai saat itu. Tiba tiba
ayah muncul dan duduk disamping dengan perlahan. Terjadilah percakapan saya
dengan ayah :
Ayah : “Uang yang ayah kasih tadi sudah dibayar
pembangunan dan spp?”
Saya : “Sudah yah, tadi transfer di BankMandiri seberang kantor PDAM.”
Ayah :“Tidak terasa ya kamu sudah mau kuliah,
Begini bapak nanti rencana mau beli rumah di Malang, nanti kamu tinggal disana.”
(tiba-tiba Ibu saya datang dan menyela pembicaraan kami).
Ibu : “Uang dari mana ayah,
kok bisa beli rumah?”
Saya : “Iya yah, uang dari mana juga?”
Ayah : “Begini, ayah pinjam uang di Bank buat
beli rumah, di Bank Mandiri itu ada
Mandiri KPR*, Mandiri KPR itu kredit kepemilikan rumah ditujukan untuk
perorangan dengan keperluan pembelian rumah tinggal/apartemen/ruko/rukon.”
Saya : “Lebih baik saya kos aja yah,
beli rumah buang-buang uang juga.”
Ayah : “Siapa yang buang-buang uang nak?
Nanti setelah kamu lulus rumahnya bisa disewakan atau jika liburan disana sudah
ada tempat tinggal, dari pada dihotel? Ayah juga ingin kamu hidup mandiri
disana, bersih-bersih, mengatur keuangan untuk bayar listrik atau air, mengatur
perkarangan rumah dan lain-lain. Dengan bagitu kamu akan lebih mandiri nak!
Kalau kamu kos itu sudah ada ibu kosnya yang akan mengurus semua keperluan
rumah.”
Ibu : “benar itu yah, Ibu
juga punya rencana usaha rumah makan.”
Ayah : “Buat apa bu usaha seperti itu, apa
penghasilan ayah kurang?”
Ibu : “Bukan begitu yah,
ini juga hobi ibu dari dulu supaya resep masakan ibu bisa dirasakan oleh orang
banyak bukan hanya kalian saja. Nanti keuntungannya bisa menambah uang bulanan
anak kita dan bisa menutupi kredit ayah, ” Ejek halus ibu.
Ibu : “Rencana modalnya mau
kredit di BankMandiri dan membuka
tabungan Bisinis.”
Saya : “Biasanyakan kalau pinjam harus
ada tanggungannya, lalu bedanya apa bu sama tabungan biasa?”
Ibu : “Kalau di Bank Mandiri ada Mandiri KTA**, Mandiri
KTA itu kredit tanpa anggunan, jadi tanpa perlu jaminan.”
Ibu : “Tabungan bisnis buat
ibu gunanya pada saat di buku tabungannya, ada deskripsi transaksi yang lebih
jelas, sehingga bisnis ibu lebih mudah.”
Ayah : “wah ibu ini bisa saja, kurang kerjaan
ya bu? Hahaha, ” Ejek halus
ayah.
Ibu : “Tapi ayah setuju kan
dengan rencana ibu?”
Ayah : “Kalau itu membuat kita semua mandiri
kenapa tidak bu?”
(Setelah mendengar pembicaraan ayah dan ibu saya menjadi teringat sesuatu
hal dan langsung menyela pembicaraan mereka).
Saya : “Oh iya yah, saya baru ingat.
Kita jadi ke Paris yah? Bagaimana keadaan tabungan ayah?”
Ibu : “Loh loh.......,
” Nada ibu heran.
Ibu : “Paris? Siapa yang
mau ke Paris?”
Ayah : “Hmmm, kamu ini nak. Sebenarnya itu
akan jadi kejutan buat ibu tapi ya sudahlah.”
Ayah : “Begini bu, ayah membuka mandiri
tabungan rencana*** agar kita bisa liburan ke Paris. Sekarang sudah 2 tahun
berjalan, tahun depan kita sudah bisa liburan di Paris.”
Ibu : “Tahun depan yah!?
Waah ayah ini tahu saja kalau ibu ingin sekali pergi ke Paris, ternyata dengan Bank Mandiri semua keinginan kita
terwujud dengan mudah ya.”
Ayah : “1 tahun lagi bu kita akan ke Paris,
owh ya nak ini mandiri kartu kredit**** ayah. Kamu belanja semua keperluan untuk kuliah
kamu nanti. Ingat yang penting-panting saja ya!. Setelah kamu belanja ayah
ingin liat apa saja yang kamu beli.”
Saya : “Setahu saya kalau pakai mandiri
kartu kredit itu bisa dapet diskon Disana sini ya yah?”
Ayah : “iya nak, kamu belanja yang cerdas
lalu gunakan diskonnya. Belanja juga harus cerdas. Pakai mandiri kartu kredit
tambah untung. Hahaha.”
Saya : “Oke yah, langsung
berangkat.....!”
Setelah ayah meminjamkan kartu kreditnya, saya langsung bergegas menyiapkan
diri untuk pergi berbelanja. Baju baru, dompet baru, sepatu baru, buku baru,
laptop baru, membuka mandiri tabungan***** baru, dan pastinya semangat yang selalu baru. Mulai memikirkan masa depan
dengan membuka tabungan di Bank Mandiri,
dan mulai belajar menabung untuk hidup lebih mandiri. Setelah mengingat semua
yang telah diberikan orang tua kepada saya, saya menjadi semangat untuk hidup
lebih mandiri. “Mandiri, mandiri, mandiri”, begitulah saya selalu mengulang
kata tersebut agar masuk ke dalam pikiran bawah sadar. Sehingga dimanapun dan
kapanpun saya berada, saya akan selalu hidup lebih mandiri. Saya siap menembus
IP 4 di semester pertama ini. Mandiri!!!
Catatan kaki :
*) http://www.bankmandiri.co.id/article/378083840178.asp
**) http://www.bankmandiri.co.id/article/978985831710.asp
***) http://www.bankmandiri.co.id/article/555626327528.asp
****) http://www.bankmandiri.co.id/article/726762328484.asp
*****) http://www.bankmandiri.co.id/article/875447371254.asp
Catatan kaki :
*) http://www.bankmandiri.co.id/article/378083840178.asp
**) http://www.bankmandiri.co.id/article/978985831710.asp
***) http://www.bankmandiri.co.id/article/555626327528.asp
****) http://www.bankmandiri.co.id/article/726762328484.asp
*****) http://www.bankmandiri.co.id/article/875447371254.asp